buku "Scandinavian Explorer" karya Asanti Astari. Mereka yang hadir pun sangat beragam, ada anggota couchsurfing, mantan dubes, mereka yang gemar wisata, tour guide dan teman-teman Asanti. Mereka sungguh penasaran seperti apa buku karya Asanti ini. Apalagi talkshow yang digelar sungguh menarik: "Tips dan Trik Berhemat ke Negara-negara Scandinavia".
Asanti
Astari, akrab dipanggil Santi pun secara blak-blakan mengisahkan
perjalanannya menuju Scandinavia. Bak seorang guru, Asanti memulai
pembicaraan dengan asal mula negara Scandinavia atau Nordic Countries.
Negara yang termasuk Scandinavia adalah Denmark, Norwegia, Swedia,
Finlandia dan Islandia. "Orang Scandinavia dikenal sebagai bangsa yang
ramah. Setiap dimintai tolong, mereka nggak segan-segan menolong,
misalnya menunjukkan jalan," kata Asanti.
Penulis kelahiran
Jakarta, 16 Januari 1980 ini bertekad bulat hendak menerobos halangan
yang selama ini mustahil untuk ditaklukkan. Apa itu? Ya, siapa tidak
tahu kalau Scandinavia yang dekat dengan Kutub Utara ini dicap sebagai
salah satu negara termahal di Eropa. Jadi jangan coba-coba, Anda
berkantong pas-pasan mencoba berwisata di negara ini. Namun, Asanti
mampu menembus rintangan itu. Bagi Asanti, dengan perencanaan matang,
jalan-jalan di Scandinavia bisa juga menyenangkan. "Mungkin memang harus
atur-atur makan, transportasi, akomodasi, dan banyak-banyak
memanfaatkan fasilitas gratis," katanya.
Santi melakukan
perjalanan 7-31 Mei 2009. Namun perjalanan Santi kali ini hanya fokus ke
Denmark, Norwegia, Swedia. Untuk pintu masuk ke negara-negara
Scandinavia, Santi memilih Jerman. "Hindari terbang langsung," katanya.
Alasannya, mahal! Santi pun rajin mencari-cari maskapai penerbangan yang
akan membawanya ke Scandinavia. Santi memberikan tips, kalau bisa
menggunakan maskapai asal Asia atau Timur Tengah, karena lebih murah
ketimbang maskapai penerbangan asal Eropa.
Akhirnya, Santi memilih
Frankfurt di Jerman sebagai pintu masuk menuju Scandinavia.
Transportasi yang digunakan dipaparkan oleh Santi dalam bukunya sebagai
berikut: Jakarta-Frakfurt (maskapai Kuwait Airways), Frakfurt-Berlin (KA
Deutsche Bahn), Berlin-Copenhagen (maskapai Easy Jet),
Copenhagen-Stavanger (maskapai Wideroe), Stavanger-Bergen (bus
Kystbussen), Bergen-Oslo (tour Norway in a Nutshell), Oslo-Trysil-Oslo
(bus Trysilekspressen), Oslo-Stockholm (maskapai SAS),
Stockholm-Frankfurt (maskapai SAS), Frankfurt-Jakarta (maskapai Kuwait
Airways).
Dalam buku ini, Santi mengajak pembaca untuk mengenal
dan menikmati lebih dekat berbagai keindahan kota-kota tersebut dan adat
istiadat, kebiasaan masyarakat setempat. Di Denmark, Santi mengajak
pembaca mengunjungi museum Hans Christian Andersen, penulis cerita anak
yang namanya sangat populer di dunia. Pintu masuk museum ini ada di
lantai 3 Magasin Department Store. Di museum ini, pengunjung bisa
menyaksikan memorabilia sang penulis, menonton film biografi. "Sayang
museum ini tak memiliki website. Jam bukanya rasa-rasanya mengikuti jam
buka Magasin Department Store," tulis Santi dalam bukunya.
Di
Norwegia, Santi mengajak pembaca mengunjungi Fjords. Pasalnya, Fjords
merupakan tempat yang wajib dikunjungi ketika berada di Norwegia.
Istilahnya, jangan ngaku-ngaku sudah ke Norwegia, kalau belum melihat
Fjords, yakni sungai lebar yang panjang, berlika-liku mirip Sungai
Amazon. Fjords paling baik dilihat ketika musim dingin. Pasalnya, tebing
dan bukit-bukit di pinggir sungai akan tertutup lapisan es atau salju
sehinga mereka yang melintas di lembah ini akan merasakan pengalaman
yang mendebarkan.
Sementara di Swedia, pembaca diajak melongok
Museum Viking. Di museum ini ada kapal Viking asli yang ditemukan di
perairan Swedia sekitar tahun 1950-an lalu dilestarikan sebagai obyek
budaya yang penting. "Saya memang bela-belain ke sini karena mau melihat
kapal Viking yang legendaris itu. Ditempatkan di tengah-tengah museum,
kapal ini mendominasi ruangan. Tingginya bahkan mencapai 3 hingga 4
lantai. Karena kondisinya sangat ringikih, pengunjung dilarang naik ke
atasnya," kata Santi.
Tak sekadar diajak berwisata, pembaca buku
ini akan kan diberikan tips dan trik bagaimana menekan biaya selama
perjalanan sera perlengkapan yang wajib dibawa. "Ini penting. Mau tidak
mau bagaimana caranya memaksimalkan perjalanan dengan uang terbatas.
Anda tentu akan terkaget-kaget kalau ke toilet saja dikenakan biaya 2
euro atau Rp 25.000," kata Santi terbahak-bahak.
Santipun bisa
merasakan bagaimana rasanya berwisata di Denmark yang dijuluki sebagai
"The Happiest Country in The World. "Saya penasaran, apa iya ada
penduduk negara yang benar-benar puas dan bahagia terhadap negaranya?
Lucu juga kalau bisa lihat kayak apa sih negara paling bahagia di
dunia," katanya.
"Bagi saya, Copenhagen (ibu kota Denmark),
menawarkan kota yang relatif santai, Irama kotanya seolah berdetak
perlahan, membuat siapa pun yang tinggal di sana mau nggak mau ikut
mengadaptasi sikap hidup santai. Beda banget dengan Jakarta yang apa-apa
serba terburu-buru dan chaotic. Di Copenhagen, walaupun ibu
kota negara dan masuk kategori kota modern, suasananya lebih mirip
heningnya kota kecil dan pedesaan. Rileks, santai, tenang. Stres pun
sirna," tulis Santi dalam bukunya.
Yang ditunggu-tunggu pembaca
tentulah berapa budget pas-pasan yang dimaksud Santi untuk menaklukkan
negara sekelas Scandinavia. Santi menyebut angka 50 euro per hari. Itu
sudah mencakup biaya hidup standar per hari, mulai dari penginapan
sampai jalan-jalan, dengan asumsi tinggal di youth hostel atau camping.
"Sebisa mungkin masak dan mengurangi makan atau jajan di luar.
Kemana-mana jalan kaki atau naik bus dan hanya masuk satu atau dua
tempat wisata sehari," tutur Santi.
Berpatokan 50 euro per hari,
Santi pun mengajak pembaca tinggal mengalikan berapa lama tinggal dan
plus minus biaya tak terduga sebesar 20 persen. "Jadi kalau mau pergi 20
hari, anggaplah punya tabungan minimal 50 x 20 = 1.000 euro. Ditambah
20 persen untuk biaya tak terduga, jadi sebaiknya punya 1.200 euro.
Lebih banyak lebih baik," kata Santi.
Melalui buku ini, Santi
membuka peluang bagi para pelancong Indonesia untuk tidak ragu berwisata
ke negeri orang, meskipun jauh dari segi jarak, berbeda makanan,
berbeda adat istiadat dan berbeda (ekstrem) cuaca. Kini, terbayarlah
sudah hasil kerja keras Santi yang selama 8-10 bulan menyiapkan tulisan
hingga akhirnya terbitlah "Scandinavian Explorer". (Sumber: Kompas.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar